Lugas dan Berimbang

Tim Dosen Unmuh Babel Kembangkan Model Pembelajaran PJOK Berbasis Experiential Learning Tingkatkan Gerak Dasar Siswa

0 239

PANGKALPINANG — Tim peneliti dari Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (UNMUH BABEL) kembali menghadirkan inovasi dalam dunia pendidikan jasmani dengan mengembangkan Model Pembelajaran PJOK Berbasis Experiential Learning. Model ini dirancang untuk meningkatkan Basic Movement Skills (BMS) atau kemampuan gerak dasar siswa sekolah dasar dan telah berhasil diujicobakan di SD Negeri 15 Pangkalpinang dengan hasil yang sangat menggembirakan.

Penelitian ini berangkat dari keprihatinan terhadap pembelajaran PJOK yang masih banyak menggunakan metode konvensional berpusat pada instruksi guru. Berdasarkan hasil analisis dan observasi di lapangan, siswa cenderung pasif dan kurang memiliki kesempatan untuk mengalami proses belajar secara langsung.

Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti mengembangkan model Experiential Learning yang berfokus pada empat tahapan pembelajaran utama, yakni mengalami, merefleksikan, mengonseptualisasi, dan menerapkan.

Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya meniru gerakan yang diperagakan guru, tetapi juga diajak memahami pengalaman geraknya sendiri. Misalnya, setelah melakukan aktivitas seperti melompat, melempar, atau berlari, siswa diberi kesempatan merefleksikan kesulitan yang dialami serta mendiskusikan solusi bersama teman-teman. Cara ini membuat proses belajar lebih aktif, menyenangkan, dan bermakna.

Hasil uji coba terbatas terhadap 25 siswa kelas V menunjukkan bahwa keterlaksanaan sintaks model mencapai 94% (kategori sangat baik), dan respon siswa terhadap pembelajaran mencapai 92% (kategori sangat positif). Selanjutnya, pada tahap uji coba luas yang melibatkan 60 siswa, terjadi peningkatan kemampuan gerak dasar rata-rata sebesar 36,6%. Analisis data menggunakan SPSS dengan desain pretest-posttest control group menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa model Experiential Learning efektif meningkatkan kemampuan motorik dasar siswa sekolah dasar.

Ketua tim peneliti, Dr. Widati Amalin Ulfah, M.Pd., menjelaskan bahwa model pembelajaran ini dirancang agar siswa dapat belajar jasmani secara reflektif dan kontekstual.

“Selama ini pembelajaran PJOK seringkali hanya menekankan aspek fisik. Melalui model ini, siswa belajar memahami tubuhnya sendiri, mengenali kesalahan gerak, dan memperbaikinya berdasarkan pengalaman langsung. Dengan begitu, mereka tidak hanya aktif secara motorik, tetapi juga berpikir kritis dan reflektif,” ujarnya.

Sementara itu, Dedy Putranto, M.Pd., AIFO-P, anggota tim peneliti, menambahkan bahwa keberhasilan penelitian ini tak lepas dari kolaborasi erat dengan pihak sekolah.

“Kami sangat terbantu oleh keterlibatan guru PJOK yang aktif memberikan masukan selama proses implementasi. Kegiatan ini juga menjadi ruang pelatihan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran yang lebih partisipatif dan berbasis pengalaman,” jelasnya.

Guru PJOK SD Negeri 15 Pangkalpinang, Bachtiar, S.Pd., turut memberikan apresiasi terhadap penerapan model pembelajaran ini.

“Anak-anak terlihat lebih bersemangat dan percaya diri. Mereka jadi lebih sadar akan kemampuan geraknya dan bisa mengevaluasi dirinya sendiri. Model ini mudah diterapkan dan membuat pelajaran jasmani terasa lebih hidup dan bermakna,” ungkapnya.

Dengan hasil penelitian yang positif, tim peneliti berharap model pembelajaran PJOK berbasis Experiential Learning dapat diimplementasikan lebih luas di sekolah dasar, khususnya di Bangka Belitung dan wilayah lainnya di Indonesia.

 Inovasi ini diharapkan mampu mendukung semangat Kurikulum Merdeka yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran—tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan motorik dasar, tetapi juga menumbuhkan karakter reflektif, kerja sama, dan kemandirian dalam belajar. (*)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.