Lugas dan Berimbang

Manfaat Satwa Liar Sebagai Obat Tradisional Masyarakat Babel

0 381

 

Oleh : Almira
Jurusan Konservasi Sumber Daya Alam
Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara tradisi, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional.

Seperti di Bangka Belitung pengobatan tradisonal ini masih dipakai hingga sekarang, khususnya di daerah-daerah perkampungan dengan menggunakan sumber daya alam sebagai media pengobatan salah satunya yaitu satwa liar.

Namun dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan satwa liar tersebut masyarakat Bangka Belitung sebagiannya masih menggunakan obat modern yang lebih murah dan mudah didapatkan dalam mengobati penyakit mereka.

Bagian tubuh satwa liar yang biasa digunakan untuk media pengobatan tradisional yaitu kaki, tulang, taring, kulit/belulang, daging, empedu, hati, darah, kepala, bulu, alat kelamin, dan ada juga yang seluruh tubuh. Satwa liar yang dimanfaatkan kakinya adalah burung elang (Haliacetus leucogaster) sebagai obat patah tulang dengan cara kakinya direbus kemudian minyak nya diambil untuk dioles.

Mengkubung (Galepterus variegatus) tulangnya dimanfaatkan sebagai obat patah tulang juga dengan cara tulangnya dikubur selama 40 hari, kemudian diambil tulangnya campur dengan minyak lalu di oleskan.

Buaya muara (Crocodylus porosus) taringnya dimanfaatkan sebagai obat stress dan kesurupan dengan cara taringnya dikikis, serbuknya dicampur dengan air lalu diminum. Lutung (Trachypithecus auratus) kulit/belulang nya dimanfaatkan sebagai obat darah manis/diabetes dengan cara kulitnya direbus dan airnya diminum.

Terdapat tujuh jenis satwa liar yang dimanfaatkan dagingnya yaitu, biawak (Varanus) dimanfaatkan sebagai obat linu dengan cara dimasak, ikan gabus (Channa striata) dimanfaatkan sebagai obat luka dalam dengan cara digoreng, tupai (Scandentia sp.) dimanfaatkan sebagai obat darah manis/diabetes dengan cara dagingnya direbus tanpa menambahkan apapun, katak sungai (Anura) dimanfaatkan sebagai obat asma dengan cara dagingnya dibakar, mengkarong (Scincidae) dimanfaatkan sebagai obat saraf dengan cara dagingnya dimasak, kelelawar (Chiroptera) dimanfaatkan sebagai obat asma dengan cara dagingnya dibakar/dipanggang, dan ular piton (Pythonidae) dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit dengan cara yang sama dagingnya dibakar/dipanggang. Ular piton (Pythonidae) empedunya dimanfaatkan sebagai obat infeksi dalam lambung dengan cara diseduh menggunakan air.

Dua jenis satwa liar yang dimanfaatkan hatinya yaitu, kalong (Pteropus sp.) dan kura-kura (Testudines) yang digunakan untuk obat asma dengan cara hatinya digoreng, dibakar/dipanggang. Marmut (Marmota) darahnya dimanfaatkan sebagai obat batuk dengan cara darahnya dicampurkan dengan sedikit air dan diminum.

Kemudian, ada dua jenis satwa liar yang dimanfaatkan kepalanya yaitu, kura-kura (Testudines) dimanfaatkan sebagai obat ambayen dengan cara disangrai lalu dicampurkan air panas kemudian diminum, dan ikan lele (Clariidae) dimanfaatkan sebagai obat tenguang dengan cara kepalanya dibakar, dicampurkan dengan minyak kelapa asli kemudian di oleskan pada bagian yang terkena tengguang. Ayam kampung (Gallus gallus domesticus) bulunya dimanfaatkan sebagai obat katarak dengan cara mengambil cairan yang terdapat dibulu muda ayam tersebut lalu diteteskan ke mata.

Tak hanya itu, Kambing (Capra aegagrus hircus) alat kelaminnya dimanfaatkan sebagai obat asma dengan cara direbus dan air rebusannya dikonsumsi.

Yang terakhir ada tiga jenis satwa liar yang dimanfaatkan seluruh tubuhnya yaitu, cacing tanah (Lumbricina) seluruh tubuhnya dimanfaatkan sebagai obat tipes dengan cara cacing tanah dibakar dan diseduh dengan menggunakan air panas lalu minum, undur-undur (Myrmeleontidae) seluruh tubuhnya dimanfaatkan sebagai obat diabetes dengan cara langsung dikonsumsi, kecebong/berudu (Limnonectes larvaepartus) yang dimanfaatkan sebagai obat asma dan juga luka dalam dengan cara yang sama yaitu langsung dikonsumsi.

Satwa liar tersebut dijadikan sebagai obat tradisional dengan cara diburu. Pemanfaatan satwa liar untuk obat-obatan selayaknya dilakukan secara bertanggung jawab dengan memperhatikan asas kelestarian. Pemanfaatan satwa liar sebagai obat tradisional akan mempengaruhi kestabilan populasi satwa liar dialam karena masyarakat banyak menggunakan bagian-bagian tubuhnya dalam pengobatan dan hewan yang mereka gunakan sebagai obat ini kebanyakan diperoleh dari tangkapan alam bukan dari hewan budidaya.

Maka dari itu manusia harus menjaga keberlangsungan atau jekestarian hidup satwa liar. Dengan adanya keberlangsungan atau pelestarian dari satwa liar tersebut keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga.

Leave A Reply

Your email address will not be published.