SATUARAHNEWS– Penyerapan pupuk subsidi bagi petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan capaian positif menjelang akhir tahun 2025. Penyaluran dua jenis pupuk utama telah mencapai lebih dari dua pertiga dari total kuota. Pemerintah daerah optimistis realisasi pupuk subsidi akan menembus angka maksimal pada Desember mendatang, seiring turunnya harga pupuk sebesar 20 persen yang membuat petani semakin antusias.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Risvandika mengatakan alokasi kuota pupuk subsidi bagi petani di daerah itu mencapai 5.409,148 ton. Saat ini realisasi penyerapan petani telah menembus 72,04 persen atau 3.897,101 ton. Ditargetkan hingga akhir Desember 2025 penyerapan pupuk subsidi bagi petani bisa terealisasi hingga 100 persen.
“Saat ini realisasi penyerapan pupuk subsidi oleh petani sudah mencapai persentase kurang lebih 70 persen,” kata dia Sabtu (8/11/2025).
Risvandika mengungkapkan alokasi pupuk subsidi itu diperuntukkan untuk tiga jenis pupuk berbeda-beda. Yakni pupuk jenis Urea, pupuk NPK Phonska dan pupuk organik. Berdasarkan data yang dihimpun hingga akhir Oktober 2025, pupuk urea telah tersalurkan sebanyak 1.000,250 ton dari total kuota 1.382,121 ton, atau mencapai sekitar 72,51 persen. Artinya masih tersisa 379,871 ton pupuk urea yang belum ditebus oleh petani dan kelompok tani di tujuh kecamatan.
Sementara itu, untuk pupuk NPK Phonska realisasi penyalurannya menunjukkan tren positif. Dari total kuota 3.727,509 ton, sebanyak 2.500,50 ton sudah terealisasi atau sekitar 67,07 persen. Masih ada 1.227,459 ton pupuk NPK yang belum terserap. Sedangkan pupuk organik dengan kuota 313,998 ton baru terealisasi 14,480 ton atau 4,62 persen dan masih tersisa 299,518 ton.
“Ditargetkan alokasi pupuk subsidi akan habis digunakan menjelang musim tanam ketiga (MT3) yang saat ini mulai berjalan di sejumlah desa,” jelas Risvandika.
Penyerapan pupuk subsidi yang belum maksimal disebabkan sebagian petani masih berada pada masa panen. Di beberapa wilayah seperti Desa Serdang dan Desa Pergam, petani baru menyelesaikan panen dan sedang melakukan pengolahan lahan untuk masa tanam selanjutnya. Mereka belum menebus pupuk untuk musim tanam berikutnya. Namun biasanya menjelang November hingga Desember, realisasi penyerapan meningkat pesat karena petani mulai menanam kembali.
Target realisasi pupuk subsidi di Kabupaten Bangka Selatan hingga akhir tahun diharapkan menyentuh angka 97 hingga 98 persen, sebagaimana capaian rata-rata tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah daerah memastikan bahwa stok pupuk di tingkat distributor dan pengecer masih dalam kondisi aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan petani hingga musim tanam ketiga berakhir. Ia optimistis realisasi pupuk subsidi akan terus meningkat dan mencapai target maksimal menjelang tutup tahun.
“Kami optimis penyerapan bisa mencapai 100 persen, karena dalam penerapan program swasembada pangan kebutuhan pupuk sangat berpengaruh,” ucapnya.
Target tersebut kata Risvandika mampu tercapai seiring dengan penurunan harga pupuk subsidi yang mencapai 20 persen per 22 Oktober 2025. Untuk pupuk Urea, harga sebelumnya adalah Rp2.250 per kilogram. Kini, harga tersebut turun menjadi Rp1.800 per kilogram. Sedangkan satu sak pupuk Urea dengan berat 50 kilogram yang semula dijual Rp112.500 kini menjadi Rp90.000. Sementara itu, pupuk NPK juga mengalami penurunan harga yang signifikan. Harga NPK sebelumnya adalah Rp2.300 per kilogram. Setelah penyesuaian, harga per kilogramnya menjadi Rp1.840.
Penurunan ini membuat harga per sak NPK 50 kilogram berubah dari Rp115.000 menjadi Rp92.000. Adapun untuk pupuk NPK khusus kakao, harga eceran tertinggi (HET) ditetapkan Rp2.640 per kilogram dari semula Rp3.300 per kilogram. Pupuk ZA khusus tebu dari Rp 1.700 per kilogram menjadi Rp 1.360 per kilogram, dan pupuk organik dari Rp800 per kilogram menjadi Rp640 per kilogram.
“Kami berharap petani bisa menembus secara maksimal kuota pupuk subsidi yang sudah mereka dapatkan,” tutupnya. (Red)
