Lugas dan Berimbang

Diborong Kapolda Dua Kali, Pak De Si Penjual Es Bubur Sumsum Tak Bisa Menahan Haru: “Alhamdulillah, Rezeki dari Allah”

0 95

Pangkalpinang , Satuarahnews.com – Di tengah panasnya terik Sabtu siang, senyum seorang pria tua tampak tak lepas dari wajahnya. Dialah Pak De, pedagang es bubur sumsum keliling yang saban hari mendorong gerobak tuanya menyusuri sudut-sudut kota demi mengais rezeki halal.

Hari itu, langkahnya baru saja dimulai. Belum sempat menjajakan dagangan ke banyak tempat, seseorang menghentikannya.

Bukan pelanggan biasa. Sosok itu adalah Irjen Pol Hendro Pandowo, Kapolda Bangka Belitung.

“Berapa semuanya, Pak De? Ini saya borong, ya. Ayo gerobaknya bawa masuk ke dalam bazar, ikut saya,” ujar Kapolda sambil tersenyum, sembari mendorong gerobak Pak De masuk ke halaman TVRI, tempat digelarnya Bazar Pasar Murah dalam rangka HUT ke-63 TVRI Bangka Belitung.

Mata Pak De sempat berkaca-kaca. Baginya, bukan hanya dagangan yang ludes hari itu, tapi juga harapan yang tiba-tiba datang dari arah yang tak disangka.

“Alhamdulillah, senang sekali… dagangan saya diborong Pak Kapolda, terus dibagi-bagikan ke orang banyak. Rezeki dari Allah,” ujar Pak De lirih sambil meracik satu per satu mangkuk es untuk para pengunjung yang tak henti berdatangan.

Di tengah kerumunan bazar, sang jenderal berpakaian dinas justru tampak begitu membaur. Ia memanggil warga satu per satu, menyilakan mereka menikmati es bubur sumsum secara cuma-cuma.

“Gratis-gratis… Ayo ibu, bapak, adek-adek, wartawan juga silakan ambil. Ini dari Pak De,” seru Irjen Hendro dengan senyum ramah.

Bukan kali pertama Kapolda memborong dagangan Pak De. Menurut sang penjual, momen penuh berkah itu pernah terjadi sebelumnya, usai Idul Adha.

“Sudah dua kali saya ketemu beliau. Waktu itu juga langsung ditanya, ‘Pak De jual apa?’ Terus dibeli semua. Enggak pernah saya sangka bisa dapat rezeki kayak gini,” kenang Pak De, matanya berkaca-kaca, namun penuh syukur.

Di sela bazar yang ramai oleh pengunjung dan stand UMKM, kisah kecil ini menyentuh banyak hati. Di sana, dua dunia bertemu—satu dari lorong-lorong perjuangan hidup rakyat kecil, dan satu lagi dari kursi tinggi kepemimpinan. Tapi siang itu, keduanya menyatu dalam momen sederhana namun hangat: semangkuk es bubur sumsum yang dibagi dengan cinta.(Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.