TOBOALI- Peralihan musim kemarau ke musim penghujan menjadi faktor penyebab tingginya peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di wilayah Bangka Selatan, jumat (26/1/2024)
Berdasarkan data Puskesmas Toboali, Musim penghujan yang terjadi dari awal Desember kemarin, kasus DBD mulai meningkat hingga mengalami peningkatan yang cukup signifikan di bulan Januari 2024.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) DKPPKB Basel, Slamet Wahidin mengatakan, berkaca dari Januari tahun 2023 sebelumnya kasus DBD sekitar 15 orang. Sedangkan Januari tahun 2024 ini berada di angka 26 orang dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia akibat terkena DBD.
” Perbandingan jumlah kasus DBD di awal bulan Januari menunjukan trend peningkatan yang sangat tinggi di wilayah Toboali. Ini sudah sering terjadi saat musim hujan, biasanya penurunan kasus demam berdarah ini terjadi di bulan februari ke atas,” kata Slamet.
Oleh karena itu, Slamet meminta selama musim penghujan masyarakat Bangka Selatan khususnya wilayah Toboali harus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah penyebaran dan pengendalian kasus demam berdarah.
” Kepada masyarakat kami mengimbau agar terus meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yang tak kalah penting periksa jentik nyamuk di rumah masing-masing dan pastikan tidak ada tempat-tempat yang menjadi potensi sarang nyamuk,” pintanya.
Selain itu, Slamet juga mengimbau kepada masyarakat apabila anaknya mengalami demam segera periksa ke rumah sakit terdekat, dikhawatirkan terdapat tanda-tanda demam berdarah.
” Jika trend DBD meningkat anggaplah demam itu tanda-tanda demam berdarah, jangan tunggu lama, segera periksa rapid tes anak gratis yang tersedia di RSUD atau Puskesmas terdekat. Jangan sampai muncul tanda-tanda gejala anak malas makan, susah minum, gelisah, air kencing mulai sedikit, itu artinya anak sudah gawat dan dehidrasi. Resiko keterlambatan pertolongan kematian pun meningkat,” ucapnya (Dika).
