SatuArahNews, Toboali- Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan mencatat tahun 2021 lalu angka stunting yang terjadi pada balita sekitar 4,7 sedangkan baduta 4,5 per prevelansinya.
Hal ini dilakukan sebagai dasar pemerintah dalam menentukan locus permasalahan stunting Tahun 2023 di Bangka Selatan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan, Agus Purnawa mengatakan, saat ini tiga nama desa yang ada di Bangka selatan menjadi titik focus pemerintah daerah dalam menagani kasus stunting
” Salah satunya Desa Rias, Irat dan Serdang, yang menjadi focus kami dalam mengatasi permasalahan kasus stunting ini,” katanya, Jumat (27/5/2022)
Upaya pencegahan angka stunting, pihaknya akan melakukan pemantauan gizi yang baik beserta pola asu yang baik.
Langkah tersebut dilakukan untuk menuntaskan permasalahan stunting yang menjadi perhatian pemerintah saat ini.
” Menuntaskan permasahan ini kami juga melibatkan setiap OPD lainya, kemudian Lurah, Camat dan Kades untuk membantu mengatasi stunting ini,” lanjutnya.
Menurut dia masalah stunting perlu segera diselesaikan, karena dapat mengangu potonsi sumber daya manusia dalam tingkat kesehatan
Maka dari itu, diharapkan dengan adanya bonus demografi ini dapat mencegah stunting agar kedepanya tidak membebani pemerintah.
” Jika kasus stunting ini begitu banyak terjadi, dan angka usia produktif lebih besar maka akan membebani pemerintah, oleh karena itu diharapkan bonus demografi ini dapat mencegah stunting bagi pemerintah,” katanya.
Selain itu Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak.
Karena itu dia juga mengimbau agar sering memeriksa diri selama kehamilan maupun setelah kehamilan ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Dia juga mengingatkan jika terdapat keluarga yang stunting silahkan berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan yang ada di Puskesmas masing masing.
” Nanti kita akan data dan melakukan intervensi untuk perbaikan pasien pasien yang sudah terjadi stuntung,” tutupnya (dika)