SATUARAHNEWS– Upaya Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, dalam menekan kasus filariasis atau penyakit kaki gajah terus berlanjut. Setelah pada tahun 2024 capaian Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis belum maksimal, kini pada tahun 2025 pemerintah menaikkan jumlah sasaran. Ditargetkan pada tahun 2030 mendatang Kabupaten Bangka Selatan dapat dinyatakan bebas filariasis alias kaki gajah.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan pada tahun 2025 pemerintah menaikkan target sasaran sebesar 6,84 persen atau 13.773 jiwa. Dengan demikian target sasaran POPM menjadi 215.119 jiwa dari total penduduk 217.913 jiwa.
“Program ini menjadi langkah strategis dalam mendukung target nasional eliminasi filariasis tahun 2030,” kata dia di Toboali (8/11/2025).
Menurutnya sepanjang tahun 2024 program POPM filariasis di Kabupaten Bangka Selatan menyasar 201.346 jiwa dari total penduduk sebanyak 213.877 jiwa. Namun, realisasi program ini baru mencapai 77 persen atau sekitar 154.872 orang yang berhasil menelan obat pencegahan tersebut. Capaian ini dinilai memang telah memenuhi target ideal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yaitu minimal 65 persen dari total populasi wajib minum obat.
Langkah ini agar penularan filariasis bisa ditekan secara efektif. Pemberian obat filariasis dilakukan sebanyak dua kali selama dua tahun berturut-turut, dimulai sejak tahun 2024 sampai 2025. Kenaikan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan hasil pemetaan yang menunjukkan masih adanya kasus aktif di beberapa wilayah. Oleh karena itu, penambahan target ini merupakan langkah agresif untuk memperluas cakupan dan memastikan semua kelompok rentan mendapatkan obat.
“Untuk penderita filariasis secara kronis ada 12 kasus. Paling banyak di Kecamatan Payung dengan delapan kasus, dua kasus di Kecamatan Batu Betumpang dan satu kasus masing-masing di Kecamatan Tukak Sadai dan Kecamatan Simpang Rimba,” papar Slamet Wahidin.
Adapun target POPM filariasis paling banyak berada di wilayah kerja Puskesmas Toboali dengan 71524 jiwa. Dilanjutkan Puskesmas Airgegas dengan 33.064 jiwa dan Puskesmas Simpang Rimba 26.582 jiwa. Lalu, Puskesmas Payung sebanyak 22.116 jiwa, Puskesmas Tiram dengan 14.150 jiwa dan Puskesmas Rias berjumlah 13.790 jiwa. Setelah itu, Puskesmas Airbara 11.245 jiwa dan Puskesmas Batu Betumpang 10.167 jiwa.
Kemudian, Puskesmas Tanjung Labu 8.225 jiwa dan Puskesmas Pongok 4.256 jiwa. Sesuai ketentuan pelaksanaan POPM wajib dilaksanakan selama dua tahun berturut-turut di setiap daerah endemis. Setelah dua tahun, dilakukan survei ulang untuk melihat apakah angka mikro filariasis turun di bawah satu persen. Jika masih di atas satu persen, program POPM akan dilanjutkan kembali pada tahun berikutnya.
“Namun bila sudah di bawah ambang batas, Bangka Selatan bisa dinyatakan bebas filariasis,” ucapnya.
Slamet Wahidin berharap masyarakat berpartisipasi aktif dalam program POPM tahun ini. Dengan gotong royong dan kesadaran bersama, Kabupaten Bangka Selatan bisa menurunkan angka mikro filariasis hingga di bawah satu persen, bahkan menuju daerah bebas kaki gajah. Filariasis tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik, tapi juga sosial dan ekonomi. (RED)